*dampak covid-19 terhadap perekonomian dan solusinya *
'Sumber tegar.id
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan status keadaan darurat Covid-19 sampai 29 Mei 2020. Pada sisi lain dalam forum KTT Luar Biasa G-20 secara virtual, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak pemimpin G-20 untuk berperang melawan Covid-19 yang telah melanda ratusan negara serta pelemahan ekonomi akibat pandemi global ini.
Wabah penyakit Covid-19 ini menjadi sesuatu yang luar biasa tidak terlepas dari peran teknologi komunikasi. Tingkat persebaran informasi yang cepat menimbulkan kepanikan yang dahsyat di masyarakat. Implikasinya membuat perilaku masyarakat berubah. Kepanikan tersebut salah satunya mengakibatkan ketimpangan dari sisi keseimbangan permintaan dan penawaran.
Dampak dari terjadinya wabah Covid-19 ini bukan hanya sekadar penyakit yang mempengaruhi kesehatan, namun juga dampak secara ekonomi. Dalam kasus ini, ketika semakin banyak pekerja yang terinfeksi maka semakin banyak pula biaya untuk perawatan dan juga biaya produksi yang tertanggung.
Wacana lockdown dapat membuat laju perekonomian semakin berat layaknyna yang terjadi di negara Itali dan India. Tingkat konsumsi melemah yang mempengaruhi beberapa indikator penopang ekonomi. Pasokan bahan pangan dan kebutuhan yang menurun menyebabkan harga naik. Hal ini akan menimbulkan kelangkaan barang, yang akhirnya memicu keresahan sosial.
Menurut data penelitian, dibutuhkan sekitar 70%-80% dari populasi yang terinfeksi dan sembuh. Resiko terhadap kesehatan semakin tinggi dan secara ekonomi akan berpengaruh pada tingkat produktifitas serta biaya perawatan yang tinggi akibat banyaknya yang terdampak.
Beberapa solusi yang cocok dalam mengantisipasi situasi menghadapi wabah Covid-19 agar tidak membuat Indonesia benar-benar merana yaitu pertama, relokasi anggaran pada sektor kesehatan, pasokan pangan dan daya beli masyarakat. Kedua adalah stimulus pendanaan dalam rangka peningkatan produksi dalam negeri sektor pertanian. Solusi ketiga adalah relaksasi kredit sebagai stimulus fiskal untuk mendorong produksi pada sektor manufaktur dimana terdapat banyak lapangan pekerjaan. Keempat adalah dalam memberlakukan kebijakan jangka pendek, tetap harus memperhatikan kebijakan jangka panjang yang bersifat struktural. Dan solusi terakhir yang perlu dimaksimalkan adalah kebijakan moneter dan makro prudential melalui penurunan suku bunga dan menjaga stabilitas nilai tukar.
'sumber cekaja.com
Karena China yang juga menutup hampir sebagian kotanya, maka perekonomian juga berpengaruh. China sebagai penguasa pasar saat ini juga memberikan pengaruh turunnya perdagangan terutama di Indonesia. Nilai ekspor bahkan turun drastis sebesar 12,07%. Ekspor migas dan nonmigas menjadi sektor yang paling banyak mengalami penurunan.
Adanya penurunan akibat lesunya perekonomian membuat pendapatan juga menjadi berkurang. Hal ini tentu sangat mengganggu keuangan dari usaha itu. Jika keadaan ini terus berlanjut maka bisa-bisa usaha itu bangkrut dan tutup. Dan tingkat kemiskinan pun akan meningkat jika memang itu yang terjadi.
Pemberian kebijakan untuk menangguhkan pembayaran cicilan tentu sangat membantu nasabah melewati wabah virus Corona yang menyebabkan lesunya dunia. Semoga pemberian kebijakan di dunia perbankan ini menjadi salah satu cara menanggulangi wabah virus Corona.
'Sumber duta.co
Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata.
Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor migas dan non-migas mengalami penurunan yang disebabkan karena China merupakan importir minyak mentah terbesar. Selain itu, penyebaran virus Corona juga mengakibatkan penurunan produksi di China, padahal China menjadi pusat produksi barang dunia. Apabila China mengalami penurunan produksi maka global supply chain akan terganggu dan dapat mengganggu proses produksi yang membutuhkan bahan baku dari China. Indonesia juga sangat bergantung dengan bahan baku dari China terutama bahan baku plastik, bahan baku tekstil, part elektronik, komputer dan furnitur.
Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih berhati-hati saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga memengaruhi proyeksi pasar. Investor bisa menunda investasi karena ketidakjelasan supply chain atau akibat asumsi pasarnya berubah. Di bidang investasi, China merupakan salah satu negara yang menanamkan modal ke Indonesia. Pada 2019, realisasi investasi langsung dari China menenpati urutan ke dua setelah Singapura. Terdapat investasi di Sulawesi berkisar US $5 miliar yang masih dalam proses tetapi tertunda karena pegawai dari China yang terhambat datang ke Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan larangan perjalanan ke dan dari China untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Larangan ini menyebabkan sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa maskapai terpaksa tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya kosong demi memenuhi hak penumpang. Para konsumen banyak yang menunda pemesanan tiket liburannya karena semakin meluasnya penyebaran virus Corona. Keadaan ini menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan diskon untuk para wisatawan dengan tujuan Denpasar, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan Bajo, Belitung, Lombok, Danau Toba dan Malang. Di Eropa juga memberlakukan aturan dimana maskapai penerbangan harus menggunakan sekitar 80 persen slot penerbangan yang beroperasi ke luar benua Eropa agar tidak kehilangan slot ke maskapai pesaingnya. Bukan hanya di Indonesia yang membatasi perjalanan ke China, namun negara-negara yang lain seperti Italia, China, Singapura, Rusia, Australia dan negara lain juga memberlakukan hal yang sama.
Di sektor keuangan, penguatan sistem keuangan melalui implementasi agenda reformasi sektor keuangan dan pemanfaatan teknologi menjadi fokus para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20. Rencana Financial Stability Board (FSB), Committee on Payments and Market Infrastructure dan Standard Setting Bodies (SSBs) dalam menyusun peta jalan (roadmap) penguatan sistem pembayaran lintas negara disambut baik oleh G20. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan dukungan Indonesia atas agenda Presidensi G20 Arab Saudi khususnya cross borde payments dan transisi LIBOR (London Interbank Offered Rate). (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar